BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan
rohani bagi anak-anak merupakan satu hal sangat penting yang harus di ajarkan
sejak dini. Karena itu peranan guru sekolah minggu sangat penting dalam
menumbuh kembangkan pengetahuan-pengetahuan rohani anak. Dari waktu ke waktu pendidikan
rohani ini mulai berkembang sejak dalam Perjanjian Lama (ulangan 4:4-9). Sebelum usia
lima tahun anak telah dididik oleh orang tuanya untuk mengenal Allah Yahweh, sampai
pada abad ke 18 Tahun 1780 mulai berkembang dengan nama sekolah minggu yang
dipelopori oleh seorang wartawan Inggris
bernama Robert Raikes sampai saat ini. Mulai dari Robert Raikes, kini sekolah
minggu sudah berkembang di mana-mana, pemimpin-pemimpin sekolah minggu pun
mulai bertambah untuk menjawab kebutuhan jemaat.
Latar Belakang Penelitian
Seorang
guru sekolah minggu harus menunjukkan teladan yang baik bagi anak-anak didik
karena keteladanan dari seorang guru sangat mempengaruhi pendidikan dan
pertumbuhan rohani anak. Tapi apakah seorang guru sekolah minggu sudah menunjukkan
teladannya kepada anak-anak? Hal inilah yang melatarbelakangi sehingga saya
melakukan penelitian mengenai “Pengaruh keteladanan guru sekolah minggu
terhadap pendidikan rohani anak sekolah mingu Jemaat GKI Imanuel Pasir Putih
Manokwari dan Implementasinya bagi Jemaat GKI Imanuel Pasir Putih Manokwari”.
“Sekalipun
pentingnya pendidikan anak telah disadari sejak berabad-abad yang lampau”[1]
dan sekolah minggu telah ada sejak lebih dari dua ratus tahun yang lalu, bahkan
sebagian besar gereja-gereja juga telah memiliki kegiatan pendidikan anak,
namun masih ada keluhan dari sementara orang mengenai keseriusan penanganan
pendidikan anak[2].
Dari hasil observasi yang penulis lakukan ternyata guru sekolah minggu belum
menunjukkan teladan terhadap anak-anak sekolah minggu.[3]
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diteliti dari penelitian adalah
: Pertama, Guru sekolah minggu belum
menyadari tugas panggilannya sebagai pelayan sehingga melanggar janji imannya
kepada Tuhan waktu pelantikan berjumlah banyak tapi yang melaksanakan tugasnya
sebagai guru sekolah minggu hanya sedikit, sehingga sangat mempengaruhi pendidikan
rohani anak sekolah minggu. Kedua, guru
sekolah minggu bukan seorang yang berpendidikan Theologia atau yang sedang
belajar ilmu Theologi, sehingga kurangnya pengetahuan tentang Alkitab.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitan adalah rumusan tentang hal yang akan dicapai oleh kegiatan penelitian
(Dhofir, 2000:21)
Bertolak
dari permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah, supaya : pertama, guru-guru sekolah
minggu menyadari tugas panggilannya sebagai pelayan dan lebih aktif dalam melaksanakan
tugasnya sebagai Guru sekolah minggu. Kedua,
guru-guru sekolah minggu dapat menunjukkan teladan yang baik bagi anak-anak
lewat pengajaran Alkitab dan tingkah laku setiap hari, dengan mempelajari
Alkitab lebih giat lagi.
Manfaat Penelitian
Sebagaimana yang diharapkan oleh penulis, setelah
penelitian ini akan diperoleh manfaat sebagai berikut : pertama, mendorong guru-guru sekolah minggu lebih menyadari tugasnya
sebagai pelayan. Kedua, guru-guru
sekolah minggu dapat mengetahui cara-cara menjadi teladan bagi anak-anak. Ketiga, guru-guru sekolah minggu menyadari
bahwa setiap kesempatan pelayanan yang kita terima merupakan kesempatan atau
anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita melalui pertolongan Roh Kudus.
Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi ruang lingkup penelitian
adalah Guru dan anak-anak sekolah minggu Jemaat GKI Imanuel Pasir Putih
Manokwari.
Metode Penelitan
Metode penelitian yang peneliti pakai adalah metode kuantitatif.
Metode kuantitatif dipilih karena bermaksud untuk menguji hipotesis
penelitian (“Guru sekolah minggu belum menunjukkan
teladan terhadap anak-anak sekolah minggu”), sebagaimana dalam latar
belakang penelitian.
Definisi Istilah
pertama kata “Keteladanan”
Definisi pertama yang harus dijelaskan adalah kata
“Keteladanan”. Akar kata keteladanan adalah teladan. Sebelum menjelaskan
keteladanan, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu kata “Teladan”. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia “Teladan” adalah sesuatu yang patut ditiru atau
baik untuk dicontoh. Sedangkan “Keteladanan” itu sendiri adalah hal yang dapat
ditiru atau dicontoh atau hal yang tidak perlu kita ragukan lagi.[4]
Kedua kata “Guru”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Guru” adalah
orang yang pekerjaannya (mata penchariannya, profesinya) mengajar.[5]
B.S. Sidjabat dalam bukunya Menjadi Guru Profesional menjelaskan bahwa “guru”
merupakan jembatan dan sekaligus agen yang memungkinkan peserta didik berdialog
dengan dunianya.[6] Sedangkan nenurut E.D.
Homrighausen dan I.H. Enklaar “guru” adalah gembala bagi murid-muridnya[7],
seirama dengan pendapat diatas, UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 (Bab I,
Pasal 1, ayat 1) yang dikutip oleh B.S. Sidjabat mengemukakan bahwa :
guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Pengertian lain
dari guru adalah seorang pemimpin di dalam kelas.[8]
John menyajikan pengertian “guru” yang tidak jauh berbeda dengan pendapat para
ahli di atas bahwa “guru” merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya
mutu pendidikan.”[9] Sedangkan guru yang penulis
maksud adalah seorang guru yang dapat menunjukkan keteladanan rohani kepada
anak-anak melalui pendidikan agama kristen di sekolah minggu. Disini jelas
bahwa seorang guru yang mampu menunjukkan teladan adalah seorang guru yang
sudah memahami dan mempelajari Alkitab dengan benar, seorang guru yang
benar-benar sudah lahir baru.
Dari berbagai macam pendapat tentang defenisi guru
di atas, dapat diketahui bahwa guru adalah seorang yang profesional dalam
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik dalam pendidikan, serta dapat menunjukkan keteladanan kepada
peserta didik.
Keempat kata “Pendidikan Rohani”
Kata
Pendidikan acap kali di artikan di ruang lingkup sekolah. “Istilah pendidikan
(education) dalam bahasa latin disebut educare dan educere.”[10]
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, “Pendidikan diartikan sebagai suatu
proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.”[11]
Sedangkan rohani, dalam arti tertentu, merujuk
kepada hal-hal yang berkaitan dengan roh. Sedangkan dalam arti yang lebih luas,
berarti spirit intrinsik yang dimiliki oleh segala materi di dunia. Meskipun
begitu rohani selalu dikaitkan dengan perasaan internal manusia yang melibatkan
emosi diri dan Penalaran strategis.[12]
Sistematika Penulisan
Skripsi ini berjudul“Pengaruh
keteladanan guru sekolah minggu terhadap pendidikan rohani anak sekolah mingu
Jemaat GKI Imanuel Pasir Putih Manokwari dan Implementasinya bagi Jemaat GKI
Imanuel Pasir Putih Manokwari”, maka saya akan jelaskan sistematika
penulisan secara singkat sebagai berikut :
Bab I, Pendahuluan. Yang membahas tentang Latar
Belakang Masalah, Permasalahan Penelitian, Tujuan Penelitan, Manfaat
Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, Metode Penelitan, Defenisi Istilah dan
Sistematika Penulisan
Bab II,
Bab III,
Bab IV,
Bab V,
[1]Perhatian
secara khusus kepada pendidikan anak, yakni bagaimana anak belajar, dilakukan
antara lain oleh Comenius, John Locke dan Rousseau pada abad ke-16-17. Lihat
misalnya Curtis dan boultwood, A Short
History of Educational Ideas, Edisi keempat (London:University
Tutorial.1975). dikutip oleh Tabita Kartika Chirstian dalam buku Ajarlah Mereka
Melakukan. Hal.127
[2]Christiani
Tabita Kartika dalam buku Ajarlah Mereka
Melakukan, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2010)127.
[3]
Hipotesa dari penulis.
[4]Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003),1160
[5]Ibid
[6]Sidjabat,
B.S, Menjadi Guru Profesional, (Bandung:
Yayasan Kalam Hidup, 2000), 29.
[7]E.G.
Homrighausen, I.H. Enklaar, Pendidikan
Agama Kristen, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2011), 164.
[8]Thoifuri,
Menjadi Guru Inisiator, (Semarang:
RaSAIL Media Group, 2007)27.
[9]Nainggolan,
John, M, Menjadi Guru Agama Kristen, (Bandung:
Generasi Info Media, 2007), 26.
[10]Sidjabat,
B.S, Mengajar Secara Profesional, Edisi
Revisi (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1993), 101.
[11]Tim
Prima Pena, Kampus Lengkap Bahasa
Indonesia, (t.k : Gitamedia Press, t.t),203
Tidak ada komentar:
Posting Komentar