Kamis, 29 Agustus 2013

RAHASIA ANGKA 7 DALAM KITAB AYUB








BAB I
PENDAHULUAN

Di dalam Alkitab, angka tujuh menggambarkan “penggenapan” atau “kesempurnaan”. Angka tujuh dapat diartikan sebagai “angka penggenapan”. Angka tujuh dalam bahasa Ibrani (Yahudi) adalah Syibat (bentuk maskulin) dan Syeba (bentuk feminin).
Angka 7 dalam Kitab Wahyu  terdiri dari : 7 surat kepada 7 jemaat, ada penglihatan tentang 7 materai, 7 sangkakala dan 7 cawan dan masih ada beberapa lagi yang membahas tentang angka 7. Jadi hampir setengah dari kitab ini membahas tentang rangkaian 7 ini. Pada Wahyu 5 :12 dipanjatkan pujian kepada Anak Domba (anak domba simbol dari Yesus Kristus), yang memiliki 7 sifat. Wahyu 1 : 4 ketujuh roh yang ada dihadapan tahtaNya memgungkapkan kesempurnaan tak terbatas dari Roh Kudus. Anak Domba memiliki 7 tanduk dan 7 mata, simbol dari kekuatan tak terbatas, intelgensia yang tinggi dan kemahatauan yang sempurna.



















BAB II
RAHASIA ANGKA 7 DALAM KITAB WAHYU

TUJUH JEMAAT
1.      Jemaat Efesus (The Loveless Church) Wahyu 2:2-5
Jemaat di Efesus ini meninggalkan kasih yang mula-mula. Kasih yang mula-mula itu berkobar selanjutnya semakin redup. Di dalam ayat 3 dijelaskan bahwa jemaat ini sabar dan menderita karena nama Yesus. Jemaat ini juga tidak mengenal lelah. Lalu apa yang dicela Allah dari jemaat ini, yaitu jemaat ini kemudian meninggalkan kasihnya yang mula-mula kepada Allah. Di dalam kitab Kisah Para rasul dijelaskan mengenai cara hidup jemaat perdana yang mula-mula. Mereka selalu berkumpul untuk beribadah dan mereka selalu mendukung kekurangan jemaat yang lain. Mereka giat melakukan pengutusan untuk memberitakan Injil. Oleh karena itu, Allah menegor jemaat ini untuk bertobat dan melakukan kembali apa yang semula dilakukannya.
2.   Jemaat Smirna (The Persecuted Church) Wahyu 2:8-10
Jemaat di Smirna telah mengalami kesusahan dan penderitaan. Allah menghimbau jemaat ini untuk bertahan setia sampai mati karena penderitaan, kesusahan serta pencobaan yang akan melanda jemaat ini.
3.   Jemaat Pergamus (The Compromising Church) Wahyu 2:14-16
Jemaat ini berpegang pada nama Yesus dan tidak menyangkal imannya kepada Kristus. Akan tetapi, yang menjadi keberatan terhadap jemaat ini adalah adanya beberapa orang dari jemaat yang menganut ajaran Bileam (Bileam adalah salah satu nabi palsu yang disewa untuk mengutuk orang Israel Bilangan 22-24), menyesatkan anggota jemaat yang lain, supaya memakan persembahan berhala dan melakukan perbuatan zinah. Demikian juga ada padamu orang yang berpegang pada ajaran pengikut Nikolaus. Nikolaus adalah bidat Kristen, yang menyesatkan jemaat. Walaupun mereka tidak menyangkal iman mereka kepada Kristus, mereka berkompromi dengan dosa.
4.   Jemaat Tiatira (The Corrupt Church) Wahyu 2:19-20
Jemaat ini mempunyai kasih, iman dan ketekunan akan tetapi hal yang dicela Allah adalah kesesatan mereka. Mereka disesatkan oleh pengajar-pengajar palsu yang mengajar beberapa diantara mereka melakukan kesesatan. Hal ini mengacu pada zinah rohani. Sebagai gereja Tuhan kita adalah mempelai Kristus yang dipertunangkan dengan Kristus. Ketika jemaat berpaling kepada oknum yang lain, itu dinamakan dengan zinah rohani karena jemaat Tuhan adalah mempelai perempuan sedangkan Kristus adalah mempelai laki-laki. Allah mengingatkan kepada jemaat ini untuk bertahan dan memegang apa yang ada pada mereka sampai Tuhan datang.
5.   Jemaat Sardis (The Dead Church) Wahyu 3:1-3
Jemaat ini mati. Mati Rohani. Pekerjaannya tidak sempurna. Allah menegor jemaat ini supaya mereka bertobat dan hidup berjaga-jaga.
6.   Jemaat Filadelfia (The Faithfull Church) Wahyu 3:10-11
Jemaat ini adalah jemaat yang setia dan taat. Jemaat ini dihimbau untuk tetap bertahan.
7.   Jemaat Laodikia (The Lukewarm Church) Wahyu 3:15-16
Jemaat ini suam-suam kuku. Tidak panas, tidak dingin. Setengah-setengah. Setengah-setengah setia, setengah-setengah beriman. Allah menegor jemaat ini untuk bertobat.
TUJUH METERAI (5-8:1)
Pembukaan 7 materai terjadi pada kuartal pertama dari tribulasi. Peniupan tujuh sangkakala terjadi pada kuartal kedua.[1] Tujuh Gulungan yang dimeterai itu melambangkan rencana Allah untuk mengalahkan kuasa Iblis. Kisah pembukaan meterai-meterai ini diselingi oleh dua penglihatan, yaitu penglihatan tentang 144.000 orang Israel yang terpilih (7:1-8) dan penglihatan tentang kumpulan orang banyak dari segala bangsa yang memuji Allah (7:9-17)
Meterai dibuka (5-8:1)
Ketika meterai dibuka terjadilah serentetan malapetaka. Kemenangan diiringi dengan (2) pembunuhan, kelaparan, dan penyakit (4-8) hukuman Allah yang klasik, yang sering dinubuatkan oleh para nabi. Tetapi tidak  peduli apa pun malapetaka itu, Allah masih tetap berdaulat dan mengendalikan segalanya. Ayat 12-17 menggambarkan serentetan peristiwa dahsyat berturut-turut, yang menjurus pada penghakiman oleh Allah sendiri.
Umat Allah; Meterai ketujuh (7-8:1)
Mungkin keempat angin itu sama dengan keempat penunggang kuda dalam pasal 6 (lihat Zak.6:5). Jika demikian, Yohanes melihat kekuatan-kekuatan yang menghancurkan itu di tahan, sementara Allah memberi tanda pada setiap orang yang menjadi milikNya. Kepada orang Kristen tidak pernah dijanjikan kehidupan yang bebas dari permasalahan di dunia ini. Tetapi ia akan melewati segalanya dan masuk ke dalam kehidupan di surga kelak yang bebas selama-lamanya dari permasalahan (14-17). Keheningan dan khidmat terjadi setelah meterai terakhir, yaitu ketujuh, dibuka. Kita dibawa kepada zaman akhir.

TUJUH SANGKAKALA 8:2-11:19
Yohanes melihat malaikat-malaikat meniup sangkakala, yang mengumumkan bahwa berbagai hukuman yang dahsyat sudah dimulai. Empat malaikat yang pertama menjatuhkan malapetaka kepada bumi, sedangkan tiga malaikat berikutnya menjatuhkan hukuman langsung kepada orang-orang yang melawan Allah. Beberapa di antara hukuman ini mirip dengan tulah yang dijatuhkan Allah kepada Mesir menurut Kel 7-10. Hamba-hamba Allah yang sudah diberi tanda khusus terlindung dari hukuman-hukuman ini.
8:2-13 Peniupan keempat sangkakala pertama
Sangkakala-sangkakala itu mengikuti pola ketujuh meterai, tetapi hukumannya lebih berat. Doa-doa umat Allah memainkan peranan penting dalam semua ini (5:8; 8:3-4). Bunyi sangkakala itu merupakan peringatan. Hukumannya, walaupun berat, masih belum lengkap. Hukuman itu dimaksudkan untuk menyadarkan manusia (9:20-21). Melalui bahasa kiasan, Yohanes melukiskan keempat malapetaka yang melanda alam ini; bumi, laut, air, dan langit. “suara” seekor burung nasar menandakan bahwa masih akan terjadi yang lebih buruk lagi.
Sangkakala kelima dan keenam (9)
Kuasa-kuasa roh jahat (belalang kalajengking yang ganas), hamba-hamba “Si Perusak” (Apolion, bahasa Yunani, atau Abadon bahasa Ibrani ayat 11) dilepaskan. Tetapi Allah memberikan mereka batas waktu (masa hidup belalang yang sebenarnya kurang lima bulan). Walaupun yang menjadi target mereka ialah manusia, mereka tidak mempunyai hak menyentuh orang-orang milik Allah (4)
Siksaan oleh belalang-belalang; bala tentara malaikat mempunyai kuasa untuk membunuh dalam batasan waktu tertentu, walau sudah diberi peringatan yang paling menakutkan pun orang-orang tetap keras kepala dan tidak mau mengubah cara hidup mereka (20-21). Inilah dunia tempat tinggal kita: dunia yang menolak Allah sampai pada akhirnya, walau akibatnya mencelakakan; dunia yang lebih suka membuat “berhala-berhalanya” sendiri, yang memilih sendiri standar tingkah lakunya.
Sangkakala ketujuh (11:14-19)
Sangkakala ketujuh mengumumkan akhir semua ini. Tuhan memerintah; dunia adalah kerajaanNya. Puji Allah! Tabut perjanjian Tuhan, yang pada mulanya tersembunyi di tempat paling kudus di dalam Bait Suci, dan tidak dapat dimasuki sembarang orang, sekarang dapat dilihat semua orang (19). Jalan menuju hadirat Allah sudah terbuka lebar.

TUJUH MALAPETAKA (15-16)
Bencana-bencana besar yang terjadi dalam sejarah umat manusia merupakan peringatan tentang malapetaka yang terakhir dan menyeluruh, yang akan menimpa orang-orang yang tidak mau mendengar. Berbagai malapetaka di sini yang dilukiskan dengan jelas oleh Yohanes mengingatkan kita akan berbagai malapetaka yang telah menimpa Mesir pada waktu eksodus, ketika orang Israel keluar dari Mesir. Tetapi, pertama-tama  kita melihat sukacita dan perasaan aman umat Allah. Mereka tidak menjadi sasaran segala kengerian yang terakhir itu, yang secara khusus ditujukan kepada orang-orang jahat (16:2, 9, 11). Berkali-kali dalam Wahyu, surga tampak sebagai tempat penuh nyanyian bukan nyanyian pemujaan serta puji-pujian yang wajib, yang bernada sendu dan terus menerus serta rutin, melainkan nyanyian spontan. Kehidupan di surga begitu menyenangkan; orang-orang di situ sangat berbahagia dan tidak mempunyai beban, sehingga mereka bernyanyi-nyanyi tanpa tertahankan. Sesungguhnya pujia-pujian itu meluap dengan sendirinya.








BAB III
PENUTUP

Kitab Wahyu muncul karena ilham Allah kepada Yohanes, salah satu murid Tuhan Yesus yang kemudian dibuang ke Pulau Patmos, setelah ia disiksa sebelumnya dengan digoreng dengan minyak panas akan tetapi ia tidak apa-apa. Pada saat Yohanes diasingkan di Pulau Patmos, Allah mewahyukan penglihatan-penglihatan kepadanya mengenai apa yang akan segera terjadi di akhir zaman.
Jikalau kita melihat struktur kitab Wahyu, kita bisa melihat bahwa sebagian besar kitab wahyu menggunakan angka 7. Di awal kitab wahyu dibicarakan mengenai 7 jemaat Allah, selanjutnya 7 meterai (pada setiap meterai dari materai 1 sampai ke tujuh ada peristiwa tertentu yang terjadi), selanjutnya 7 sangkakala (setiap sangkakala juga terdapat malapetaka tertentu yang terjadi). Di dalam Alkitab, angka tujuh menggambarkan “penggenapan” atau “kesempurnaan”. Angka tujuh dapat diartikan sebagai “angka penggenapan”.













DAFTAR PUSTAKA

Alkitab Edisi Studi, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010.
Darmawan S.Bone, Memerintah Sebagai Raja. Kalimantan: STT Tenggaraong Kalimantan Timur, 1998, 175.

Yap Wei Fong, dkk, Handbook To The Bible, tk: Anggota IKAPI, 2004.






[1] Darmawan S.Bone, Memerintah Sebagai Raja, Kalimantan:STT Tenggaraong Kalimantan Timur, 1998, 175.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar