BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam Alkitab, angka tujuh menggambarkan
“penggenapan” atau “kesempurnaan”. Angka tujuh dapat diartikan sebagai “angka
penggenapan”. Angka tujuh dalam bahasa Ibrani (Yahudi) adalah Syibat (bentuk
maskulin) dan Syeba (bentuk feminin).
Angka 7 dalam Kitab Wahyu terdiri dari : 7 surat kepada 7 jemaat, ada
penglihatan tentang 7 materai, 7 sangkakala dan 7 cawan dan masih ada beberapa
lagi yang membahas tentang angka 7. Jadi hampir setengah dari kitab ini
membahas tentang rangkaian 7 ini. Pada Wahyu 5 :12 dipanjatkan pujian
kepada Anak Domba (anak domba simbol dari Yesus Kristus), yang memiliki 7
sifat. Wahyu 1 : 4 ketujuh roh yang ada dihadapan tahtaNya memgungkapkan
kesempurnaan tak terbatas dari Roh Kudus. Anak Domba memiliki 7 tanduk dan 7
mata, simbol dari kekuatan tak terbatas, intelgensia yang tinggi dan
kemahatauan yang sempurna.
BAB II
RAHASIA ANGKA 7 DALAM KITAB WAHYU
TUJUH JEMAAT
1. Jemaat Efesus (The Loveless Church) Wahyu 2:2-5
Jemaat di Efesus ini meninggalkan
kasih yang mula-mula. Kasih yang mula-mula itu berkobar selanjutnya semakin
redup. Di dalam ayat 3 dijelaskan bahwa jemaat ini sabar dan menderita karena
nama Yesus. Jemaat ini juga tidak mengenal lelah. Lalu apa yang dicela Allah
dari jemaat ini, yaitu jemaat ini kemudian meninggalkan kasihnya yang mula-mula
kepada Allah. Di dalam kitab Kisah Para rasul dijelaskan mengenai cara hidup
jemaat perdana yang mula-mula. Mereka selalu berkumpul untuk beribadah dan
mereka selalu mendukung kekurangan jemaat yang lain. Mereka giat melakukan
pengutusan untuk memberitakan Injil. Oleh karena itu, Allah menegor jemaat ini
untuk bertobat dan melakukan kembali apa yang semula dilakukannya.
2. Jemaat Smirna (The Persecuted Church) Wahyu
2:8-10
Jemaat di
Smirna telah mengalami kesusahan dan penderitaan. Allah menghimbau jemaat ini
untuk bertahan setia sampai mati karena penderitaan, kesusahan serta pencobaan
yang akan melanda jemaat ini.
3. Jemaat Pergamus (The Compromising Church)
Wahyu 2:14-16
Jemaat ini
berpegang pada nama Yesus dan tidak menyangkal imannya kepada Kristus. Akan
tetapi, yang menjadi keberatan terhadap jemaat ini adalah adanya beberapa orang
dari jemaat yang menganut ajaran Bileam (Bileam adalah salah satu nabi palsu
yang disewa untuk mengutuk orang Israel Bilangan 22-24), menyesatkan anggota
jemaat yang lain, supaya memakan persembahan berhala dan melakukan perbuatan
zinah. Demikian juga ada padamu orang yang berpegang pada ajaran pengikut
Nikolaus. Nikolaus adalah bidat Kristen, yang menyesatkan jemaat. Walaupun
mereka tidak menyangkal iman mereka kepada Kristus, mereka berkompromi dengan
dosa.
4. Jemaat Tiatira (The Corrupt Church) Wahyu
2:19-20
Jemaat ini
mempunyai kasih, iman dan ketekunan akan tetapi hal yang dicela Allah adalah
kesesatan mereka. Mereka disesatkan oleh pengajar-pengajar palsu yang mengajar
beberapa diantara mereka melakukan kesesatan. Hal ini mengacu pada zinah
rohani. Sebagai gereja Tuhan kita adalah mempelai Kristus yang dipertunangkan
dengan Kristus. Ketika jemaat berpaling kepada oknum yang lain, itu dinamakan
dengan zinah rohani karena jemaat Tuhan adalah mempelai perempuan sedangkan
Kristus adalah mempelai laki-laki. Allah mengingatkan kepada jemaat ini untuk
bertahan dan memegang apa yang ada pada mereka sampai Tuhan datang.
5. Jemaat Sardis (The Dead Church) Wahyu 3:1-3
Jemaat ini
mati. Mati Rohani. Pekerjaannya tidak sempurna. Allah menegor jemaat ini supaya
mereka bertobat dan hidup berjaga-jaga.
6. Jemaat Filadelfia (The Faithfull Church)
Wahyu 3:10-11
Jemaat ini
adalah jemaat yang setia dan taat. Jemaat ini dihimbau untuk tetap bertahan.
7. Jemaat Laodikia (The Lukewarm Church) Wahyu
3:15-16
Jemaat ini
suam-suam kuku. Tidak panas, tidak dingin. Setengah-setengah. Setengah-setengah
setia, setengah-setengah beriman. Allah menegor jemaat ini untuk bertobat.
TUJUH METERAI
(5-8:1)
Pembukaan 7 materai
terjadi pada kuartal pertama dari tribulasi. Peniupan tujuh sangkakala terjadi
pada kuartal kedua.[1]
Tujuh Gulungan yang dimeterai itu melambangkan rencana Allah untuk mengalahkan
kuasa Iblis. Kisah pembukaan meterai-meterai ini diselingi oleh dua
penglihatan, yaitu penglihatan tentang 144.000 orang Israel yang terpilih
(7:1-8) dan penglihatan tentang kumpulan orang banyak dari segala bangsa yang
memuji Allah (7:9-17)
Meterai dibuka
(5-8:1)
Ketika meterai dibuka
terjadilah serentetan malapetaka. Kemenangan diiringi dengan (2) pembunuhan,
kelaparan, dan penyakit (4-8) hukuman Allah yang klasik, yang sering dinubuatkan
oleh para nabi. Tetapi tidak peduli apa
pun malapetaka itu, Allah masih tetap berdaulat dan mengendalikan segalanya.
Ayat 12-17 menggambarkan serentetan peristiwa dahsyat berturut-turut, yang
menjurus pada penghakiman oleh Allah sendiri.
Umat Allah;
Meterai ketujuh (7-8:1)
Mungkin keempat angin itu
sama dengan keempat penunggang kuda dalam pasal 6 (lihat Zak.6:5). Jika
demikian, Yohanes melihat kekuatan-kekuatan yang menghancurkan itu di tahan,
sementara Allah memberi tanda pada setiap orang yang menjadi milikNya. Kepada
orang Kristen tidak pernah dijanjikan kehidupan yang bebas dari permasalahan di
dunia ini. Tetapi ia akan melewati segalanya dan masuk ke dalam kehidupan di
surga kelak yang bebas selama-lamanya dari permasalahan (14-17). Keheningan dan
khidmat terjadi setelah meterai terakhir, yaitu ketujuh, dibuka. Kita dibawa
kepada zaman akhir.
TUJUH SANGKAKALA
8:2-11:19
Yohanes melihat
malaikat-malaikat meniup sangkakala, yang mengumumkan bahwa berbagai hukuman
yang dahsyat sudah dimulai. Empat malaikat yang pertama menjatuhkan malapetaka kepada
bumi, sedangkan tiga malaikat berikutnya menjatuhkan hukuman langsung kepada
orang-orang yang melawan Allah. Beberapa di antara hukuman ini mirip dengan
tulah yang dijatuhkan Allah kepada Mesir menurut Kel 7-10. Hamba-hamba Allah
yang sudah diberi tanda khusus terlindung dari hukuman-hukuman ini.
8:2-13 Peniupan
keempat sangkakala pertama
Sangkakala-sangkakala
itu mengikuti pola ketujuh meterai, tetapi hukumannya lebih berat. Doa-doa umat
Allah memainkan peranan penting dalam semua ini (5:8; 8:3-4). Bunyi sangkakala
itu merupakan peringatan. Hukumannya, walaupun berat, masih belum lengkap.
Hukuman itu dimaksudkan untuk menyadarkan manusia (9:20-21). Melalui bahasa
kiasan, Yohanes melukiskan keempat malapetaka yang melanda alam ini; bumi,
laut, air, dan langit. “suara” seekor burung nasar menandakan bahwa masih akan
terjadi yang lebih buruk lagi.
Sangkakala
kelima dan keenam (9)
Kuasa-kuasa roh jahat
(belalang kalajengking yang ganas), hamba-hamba “Si Perusak” (Apolion, bahasa
Yunani, atau Abadon bahasa Ibrani ayat 11) dilepaskan. Tetapi Allah memberikan
mereka batas waktu (masa hidup belalang yang sebenarnya kurang lima bulan).
Walaupun yang menjadi target mereka ialah manusia, mereka tidak mempunyai hak
menyentuh orang-orang milik Allah (4)
Siksaan oleh
belalang-belalang; bala tentara malaikat mempunyai kuasa untuk membunuh dalam
batasan waktu tertentu, walau sudah diberi peringatan yang paling menakutkan
pun orang-orang tetap keras kepala dan tidak mau mengubah cara hidup mereka
(20-21). Inilah dunia tempat tinggal kita: dunia yang menolak Allah sampai pada
akhirnya, walau akibatnya mencelakakan; dunia yang lebih suka membuat
“berhala-berhalanya” sendiri, yang memilih sendiri standar tingkah lakunya.
Sangkakala
ketujuh (11:14-19)
Sangkakala ketujuh mengumumkan
akhir semua ini. Tuhan memerintah; dunia adalah kerajaanNya. Puji Allah! Tabut
perjanjian Tuhan, yang pada mulanya tersembunyi di tempat paling kudus di dalam
Bait Suci, dan tidak dapat dimasuki sembarang orang, sekarang dapat dilihat
semua orang (19). Jalan menuju hadirat Allah sudah terbuka lebar.
TUJUH MALAPETAKA
(15-16)
Bencana-bencana besar
yang terjadi dalam sejarah umat manusia merupakan peringatan tentang malapetaka
yang terakhir dan menyeluruh, yang akan menimpa orang-orang yang tidak mau mendengar.
Berbagai malapetaka di sini yang dilukiskan dengan jelas oleh Yohanes
mengingatkan kita akan berbagai malapetaka yang telah menimpa Mesir pada waktu
eksodus, ketika orang Israel keluar dari Mesir. Tetapi, pertama-tama kita melihat sukacita dan perasaan aman umat
Allah. Mereka tidak menjadi sasaran segala kengerian yang terakhir itu, yang
secara khusus ditujukan kepada orang-orang jahat (16:2, 9, 11). Berkali-kali
dalam Wahyu, surga tampak sebagai tempat penuh nyanyian bukan nyanyian pemujaan
serta puji-pujian yang wajib, yang bernada sendu dan terus menerus serta rutin,
melainkan nyanyian spontan. Kehidupan di surga begitu menyenangkan; orang-orang
di situ sangat berbahagia dan tidak mempunyai beban, sehingga mereka
bernyanyi-nyanyi tanpa tertahankan. Sesungguhnya pujia-pujian itu meluap dengan
sendirinya.
BAB III
PENUTUP
Kitab Wahyu muncul karena ilham
Allah kepada Yohanes, salah satu murid Tuhan Yesus yang kemudian dibuang ke
Pulau Patmos, setelah ia disiksa sebelumnya dengan digoreng dengan minyak panas
akan tetapi ia tidak apa-apa. Pada saat Yohanes diasingkan di Pulau Patmos,
Allah mewahyukan penglihatan-penglihatan kepadanya mengenai apa yang akan
segera terjadi di akhir zaman.
Jikalau kita melihat struktur kitab
Wahyu, kita bisa melihat bahwa sebagian besar kitab wahyu menggunakan angka 7.
Di awal kitab wahyu dibicarakan mengenai 7 jemaat Allah, selanjutnya 7 meterai
(pada setiap meterai dari materai 1 sampai ke tujuh ada peristiwa tertentu yang
terjadi), selanjutnya 7 sangkakala (setiap sangkakala juga terdapat malapetaka
tertentu yang terjadi). Di dalam Alkitab, angka tujuh menggambarkan
“penggenapan” atau “kesempurnaan”. Angka tujuh dapat diartikan sebagai “angka
penggenapan”.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab Edisi
Studi, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010.
Darmawan
S.Bone, Memerintah Sebagai Raja.
Kalimantan: STT Tenggaraong Kalimantan Timur, 1998, 175.
Yap
Wei Fong, dkk, Handbook To The Bible,
tk: Anggota IKAPI, 2004.
[1]
Darmawan S.Bone, Memerintah Sebagai Raja, Kalimantan:STT Tenggaraong Kalimantan
Timur, 1998, 175.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar